Rabu, 15 Februari 2012

Objek – objek Wisata Gorontalo

Gorontalo adalah provinsi yang ke-32 di Indonesia. Sebelumnya, Gorontalo merupakan wilayah kabupaten di Sulawesi Utara. Seiring dengan munculnya pemekaran wilayah berkenaan dengan otonomi daerah, provinsi ini kemudian dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2000 tertanggal 22 Desember 2000.
Provinsi Gorontalo terletak di pulau Sulawesi bagian utara atau di bagian barat Sulawesi Utara. Luas wilayah provinsi ini 12.215 km² dengan jumlah penduduk sebanyak 887.000 jiwa (2004). Provinsi Gorontalo memiliki beberapa objek wisata yang lain yang cukup menarik dan perlu dikembangkan, antara lain, Goa Ular di Kecamatan Batudaa (kira-kira 28 km dari Kota Gorontalo); Benteng Otanaha ; Makam Keramat “ Ju Panggola “ ; Monumen Pahlawan Nani Wartabone ; Danau Limboto ; Menara Keagungan Limboto ; Taluhu Barakati ; Pemandian Air Panas Limbongo ; Pentadio Resort ; Pantai Indah Lahilote ; Benteng Orange ; Danau Perintis di Kecamatan Suwawa (18 km dari Kota Gorontalo); Taman Laut Pulau Limba di Kecamatan Paguyaman, Pulau Bitila di Kecamatan Paguat, Pantai Pasir Putih di Kecamatan Tilamuta, Air Terjun di Kecamatan Tilamuta, Cagar Alam Panua di Kelurahan Libuo, Kota Gorontalo, dan Pulau Asiangi di Kecamatan Tilamuta.

Keberhasilan dalam bidang kepariwisataan dicerminkan dengan semakin meningkatnya arus kunjungan wisatawan manca negara (wisman) dan wisatawan nusantara. Pada tahun 2003 banyaknya kunjungan wisatawan tercatat 97.724 orang yang terdiri dari 333 wisman dan 97.391 wisatawan nusantara. Provinsi Gorontalo menyimpan potensi plasma nutfah kawasan obyek wisata yang cukup beragam antara lain: Pemandian Air Panas Lombongo Pemandian Air Panas Pentadio Benteng Orange (peninggalan Portugis} di Kecamatan Kwandang Goa Ular di Kecamatan Batuda Taman Laut Pulau Limba di Kecamatan Paguyaman Taman Laut Pulau Bitila di Kecamatan Paguat Pasir Putih Tilamuta, Air Terjun Tilamuta, Cagar Alam Panua di Libuo, dan Pulau Asiangi Tilamuta Pantai Pasir Putih Boalemo Indah dan Taman Laut Perkampungan Suku Bajo (Desa Nelayan) Pantai Impian Bumbulan Indah di Kecamatan Paguat Perkampungan Suku Sangihe Talaud di Kecamatan Paguat dan Popayato Perkampungan Suku Minahasa di Kecamatan Paguat Hutan Lindung Nantu di Boliyohuto-Paguyaman Taman Nasional Bogani-Nani Wartabone di Suwawa-Bonepantai Pesisir Taman Laut Oleleh Kecamatan Bone Pantai Kabupaten Bone Bolango Adapun peluang investasi yang ditawarkan adalah: Pembangunan hotel berbintang, pembangunan fasilitas diving, pendirian biro perjalanan, pengembangan obyek wisata Lombongo, serta pembangunan sarana-sarana hiburan dan rekreasi.

Rumah Adat Dulohupa
Rumah Adat Dulohupa yang merupakan balai musyawarah dari kerabat kerajaan. Terbuat dari papan dengan bentuk atap khas daerah tersebut.
Pada bagian balakangnya terdapat anjungan tempat para raja dan kerabat istana beristirahat sambil melihat kegiatan remaja istana bermain sepak raga. Saat ini rumah adat tersebut berada di tanah seluas + 500m² dan dilengkapi dengan taman bunga, bangunan tempat penjualan cenderamata, serta bangunan garasi bendi kerajaan yang bernama talanggeda. Pada masa pemerintahan para raja, rumah adapt ini digunakan sebagai ruang pengadilan kerajaan. Bangunan ini terletak di Kelurahan Limba, Kecamatan Kota Selatan, Kota Gorontalo.

Selain Rumah adat Dulohupa juga ada Rumah Adat Bandayo Pomboide yang terletak di depan Kantor Bupati Gorontalo. Bantayo artinya ‘gedung’ atau ‘bangunan’, sedangkan Pomboide berarti ‘tempat bermusyawarah’ . Bangunan ini sering digunakan sebagai lokasi pagelaran budaya serta pertunjukan tari di Gorontalo. Di dalamnya terdapat berbagai ruang khusus dengan fungsi yang berbeda. Gaya arsitekturnya menunjukkan nilai-nilai budaya masyarakat Gorontalo yang bernuansa Islami.

Tarian Khas Gorontalo
1. Tari Dana-dana adalah tari pergaulan remaja yang sampai saat ini masih berkembang di Daerah Gorontalo.
2. Dungan Tanali adalah petikan gambus dari Gendang Marwas. Syair pantunnya berisi pesan-pesan
    pembangunan yang dapat disimak oleh penonton.
3. Tari Saronde adalah tari pergaulan keakraban dalam acara resmi. Tarian ini diangkat dari tari adat malam
    pertunangan pada upacara adat perkawinan daerah Gorontalo.
4. Tari Tanam Padi adalah tarian yang digunakan saat merayakan panen raya padi dari para petani, namun
    juga digunakan dalam panen-panen lainnya sebagai tanda suka cita keberhasilan para petani dalam hasil
    bumi yang dipanennya.
5. Tari Sabe adalah atraksi alami berupa tarian di atas bara api dengan kekuatan magis. Tarian ini bisa
    dinikmati di Desa Ayuhulalo yang juga berada di Kecamatan Tilamuta.

Tumbilo Tohe
Budaya pasang lampu “Tumbilo Tohe” yaitu tradisi pasang lampu yang dilaksanakan tiap tahun di bulan puasa, 3 hari menjelang Idul Fitri yaitu pada tanggal 27 Ramadhan. Tradisi tersebut menurut sejarah dimaksudkan untuk memudahkan umat Islam dalam memberikan zakat fitrah-nya pada malam hari. Pada saat itu hampir setiap tempat dipasangi lampu sehingga kota Gorontalo menjadi terang benderang.
Tumbilo Tohe terus dikembangkan sehingga dalam penataannya semakin indah, menarik namun tetap berpegang pada nilai-nilai dan nuansa kebudayaan Islam.

Benteng Otanaha
Objek wisata ini terletak di atas bukit di Kelurahan Dembe I, Kecamatan Kota Barat, Kota Gorontalo. Benteng ini dibangun sekitar tahun 1522.
Adapun sejarah pembangunan benteng ini adalah sebagai berikut.
Sekitar abad ke-15,dugaan orang bahwa sebagian besar daratan Gorontalo adalah air laut. Ketika itu, Kerajaan Gorontalo di bawah Pemerintahan Raja Ilato, atau Matolodulakiki bersama permaisurinya Tilangohula (1505–1585). Mereka memilik tiga keturunan, yakni Ndoba (wanita),Tiliaya (wanita),dan Naha (pria).Waktu usia remaja,Naha melanglang buana ke negeri seberang, sedangkan Ndoba dan Tiliaya tinggal di wilayah kerajaan.

Suatu ketika sebuah kapal layar Portugal singgah di Pelabuhan Gorontalo Karena kehabisan bahan makanan, pengaruh cuaca buruk, dan gangguan bajak laut.

Mereka menghadap kepada Raja Ilato. Pertemuan tersebut menghasilkan sebuah kesepakatan, bahwa untuk memperkuat pertahanan dan keamanan negeri, akan dibangun atau didirikan tiga buah benteng di atas perbukitan Kelurahan Dembe, Kecamatan Kota Barat yang sekarang ini, yakni pada tahun 1525.
Ternyata, para nakhoda Portugis hanya memperalat Pasukan Ndoba dan Tiliaya ketika akan mengusir bajak laut yang sering menggangu nelayan di pantai.Seluruh rakyat dan pasukan Ndoba dan Tiliaya yang diperkuat empat Apitalau, bangkit dan mendesak bangsa Portugis untuk segera meninggalkan daratan Gorontalo.Para nakhkoda Portugis langsung meninggalkan Pelabuhan Gorontalo.

Ndoba dan Tiliaya tampil sebagai dua tokoh wanita pejuang waktu itu langsung mempersiapkan penduduk sekitar untuk menangkis serangan musuh dan kemungkinan perang yang akan terjadi.Pasukan Ndoba dan Tiliaya,diperkuat lagi dengan angkatan laut yang dipimpin oleh para Apitalau atau ‘kapten laut’, yakni Apitalau Lakoro, Pitalau Lagona, Apitalau Lakadjo, dan Apitalau Djailani.
Sekitar tahun 1585, Naha menemukan kembali ketiga benteng tersebut. Ia memperistri seorang wanita bernama Ohihiya.Dari pasangan suami istri ini lahirlah dua putra, yakni Paha (Pahu) dan Limonu.Pada waktu itu terjadi perang melawan Hemuto atau pemimpin golongan transmigran melalui jalur utara. Naha dan Paha gugur melawan Hemuto.
Limonu menuntut balas atas kematian ayah dan kakaknya. Naha, Ohihiya, Paha, dan Limonu telah memanfaatkan ketiga benteng tersebut sebagai pusat kekuatan pertahanan. Dengan latar belakang peristiwa di atas,maka ketiga benteng dimaksud telah diabadikan dengan nama sebagai berikut. Pertama, Otanaha. Ota artinya benteng. Naha adalah orang yang menemukan benteng tersebut. Otanaha berarti benteng yang ditemukan oleh Naha.
Kedua,Otahiya. Ota artinya benteng. Hiya akronim dari kata Ohihiya, istri Naha Otahiya, berarti benteng milik Ohihiya. Ketiga Ulupahu.Ulu akronim dari kata Uwole,artinya milik dari Pahu adalah putera Naha.Ulupahu berarti benteng milik Pahu Putra Naha.
Benteng Otanaha, Otahiya, dan Ulupahu dibangun sekitar tahun1522 atas prakarsa Raja Ilato dan para nakhoda Portugal.
Benteng Otanaha terletak di atas sebuah bukit, dan memiliki 4 buah tempat persinggahan dan 348 buah anak tangga ke puncak sampai ke lokasi benteng. Jumlah anak tangga tidak sama untuk setiap persinggahan. Dari dasar ke tempat persinggahan I terdapat 52 anak tangga; II = 83; III = 53; IV = 89; Benteng = 71 anak tangga (total: 348 tangga naik).
Makam Keramat “Ju Panggola”
Makam Keramat Ju Panggola terletak di Kelurahan Dembe I, Kecamatan Kota Barat, kira-kira 1 km ke arah barat dari lokasi Benteng Otanaha. Makam keramat ini terletak di atas bukit pada ketinggian 50 meter dari jalan raya, tepat di perbatasan Kabupaten Gorontalo dan Kota Gorontalo. Dari atas bukit ini kita dapat melihat Danau Limboto yang luas, dengan airnya yang makin kritis, dari kedalaman 32 meter kini tinggal 5 hingga 7 meter.
Ju Panggola adalah sebuah gelar atau julukan. Ju berarti ‘ya’, sedangkan Panggola berati ‘tua’. Jadi, Ju Panggola artinya Ya Pak Tua. Dalam sejarah nama Pak Tua tersebut adalah Ilato, yang artinya kilat. Karena kesaktian dan sifat keramatnya Ilato, mempunyai kemampuan untuk menghilang dan muncul jika negeri dalam keadaan gawat.
Pak Tua atau “Ju Panggola” gelar ini muncul dari masyarakat karena setiap beliau tampil, dengan profil Kakek Tua yang mengenakan jubah putih. Ia mempunyai jenggot putih yang sangat panjang yang melewati lutut. Ia juga dijuluki sebagai “Awuliya” karena beliau adalah penyebar agama Islam sejak tahun 1400, sebelum para Wali Songo berada di Pulau Jawa.
Aliran yang ditinggalkan oleh Ju Panggola adalah ilmu putih, yang diterapkan lewat “langga” atau ilmu bela diri dalam dunia persilatan. Beliau tidak secara langsung melatih para muridnya, melainkan hanya meneteskan air di mata sang murid, dan secara otomatis para muridnya memperoleh jurus-jurus persilatan secara spontan, baik melalui mimpi maupun melalui gerakan refleks.
Makam tersebut memiliki banyak keajaiban,antara lain, tanah di atas bukit itu berbau harum. Menurut sejarah bahwa bukit tersebut pernah dihuni oleh beliau sebagai tempat bermunajat ke hadirat Alla swt.
Keajaiban tersebut masih dapat disaksikan hingga sekarang ini. Di makam itu setiap penziarah datang dan mengambil segengaman tanah di seputar makam, dan anehnya tanah galian tersebut tidak pernah menjadi lubang yang dalam padahal ribuan manusia mengambil tanah tersebut sebagai azimat.
Makam Ju Panggola setiap hari mendapat kunjungan dari para wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun mancanegara. Sebagian dari mereka melaksanakan salat di Masjid Ju Panggola, sambil berdoa dan memohonkan berkah penyebuhan dari sakit yang diderita mereka.
Monumen Pahlawan Nani Wartabone
Monumen Nani Wartabone dibangun sekitar tahun 1987 pada masa pemerintahan Drs. A. Nadjamudin, Walikotamadya Gorontalo. Monumen ini terletak di Lapangan Teruna Remaja, Kelurahan Biawu, Kecamatan Kota Selalatan, Kota Gorontalo, tepat di depan rumah Dinas Gubernur Provinsi Gorontalo saat ini .
Beliau lahir pada tanggal 30 April 1907 dan wafat tanggal 3 Januari 1996. Ayah beliau bernama Zakaria Wartabone, seorang Jogugu (semacam Camat) pada zaman Pemerintahan Belanda. Ibu beliau bernama Saerah Mooduto.
Pada Jumat, 07 November 2003 pukul 10.00 WIB Alm Haji Nani Wartabone dianugerahi gelar sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden RI Megawati Sukarnoputir bertempat di Istana Negara ditandai dengan pembacaan Surat Keppres RI Nomor 085/TK/2003, tanggal 6 November 2003.
Beliau pernah memimpin Pemerintahan Sipil di Gorontalo pasca-Hindia Belanda yang berumur 144 hari, dengan penduduk berjumlah 300 ribu orang. Wilayanya mencakup wilayah timur, Molibagu dan Kaidipang (sekarang wilayah Bolmong), dan wilayah barat, Buol dan Tolitoli (Sulteng).
jiwa patriotisme yang tumbuh dan terpelihara sejak abad ke-17, berpuncak pada patriotisme 23 Januari 1942, merupakan batu-batu kerikil yang dipersembahkan rakyat Gorontalo dalam batas-batas kemampuannya dalam pembangunan Republik Indonesia yang lahir pada tanggal 17 Agustus 1945.
Jiwa patriotik tersebut muncul dan tumbuh terus pada masa kekuasaan Jepang, serta terus dibina dan diwariskan kepada generasi sekarang.
Monemen Nani Wartabone dibangun untuk menghomati jasa Pahlawanan Perintis Kemerdekaan Nani Wartabone, asal Gorontalo, dan mengingatkan masyarakat Gorontalo akan peristiwa bersejarah 23 Januari 1942, dengan harapan hasil perjuangan itu akan tumbuh dalam jiwa generasi sesudahnya untuk membangun Indonesia tercinta ini dalam mengisi kemerdekaan.
Beliau lahir pada tanggal 30 April 1907 dan wafat tanggal 3 Januari 1996. Ayah beliau bernama Zakaria Wartabone, seorang Jogugu (semacam Camat) pada zaman Pemerintahan Belanda. Ibu beliau bernama Saerah Mooduto.
Pada Jumat, 07 November 2003 pukul 10.00 WIB Alm Haji Nani Wartabone dianugerahi gelar sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden RI Megawati Sukarnoputir bertempat di Istana Negara ditandai dengan pembacaan Surat Keppres RI Nomor 085/TK/2003, tanggal 6 November 2003.
Beliau pernah memimpin Pemerintahan Sipil di Gorontalo pasca-Hindia Belanda yang berumur 144 hari, dengan penduduk berjumlah 300 ribu orang. Wilayanya mencakup wilayah timur, Molibagu dan Kaidipang (sekarang wilayah Bolmong), dan wilayah barat, Buol dan Tolitoli (Sulteng).
Administrasi Pemrintahan Gorontalo dijalankan tanpa melakukan perubahan berarti dari struktur pemerintahan era Hindia Belanda. Apalagi dari segi personalia, hampir tidak ada kendala karena sebagaian besar pamong praja di tingkat bawah yang dipegang oleh pribumi yang loyal terhadap perjuangan tetap menjalankan fungsinya.

Danau Limboto
Di objek wisata Danau Limboto yang terletak di Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo, yang saat ini memiliki kedalaman antara 5 hingga 8 meter ini, para pengujung atau wisatawan dapat menikmati berbagai kegiatan, antara lain, memancing, lomba berperahu, atau berenang. Selain itu, mereka juga dapat menikmati ikan bakar segar yang disediakan oleh mayarakat nelayan setempat dengan harga yang relatif murah.
Danau Limboto dari tahun ke tahun luas dan tingkat kedalamannya terus berkurang. Luas Danau Limboto pada tahun 1999 berkisar antara 1.900-3.000 ha, dengan kedalaman 2-4 meter (Cabang Dinas Perikanan Kabupaten Gorontalo, 2000). Pada tahun 1932, luas perairan ini mencapai 7.000 ha, dengan kedalaman maksimum 30 m (Sarnita, 1996).
Dengan demikian, telah terjadi pendangkalan yang cukup cepat di perairan ini yang mencapai 38,80 cm/tahun. Penggundulan hutan di sekitar perairan tersebut tampaknya merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya pendangkalan yang cukup tinggi.Data kualitas air selama 1998-1999 menunjukkan bahwa suhu air permukaan Danau Limboto pada siang hari berkisar antara 29-32,50o C, sedangkan kecerahannya (“transparency”) 35-65 cm. Pada siang hari, kadar oksigen dalam air permukaan dan dalam lapisan 1 meter di bawah permukaan berturut-turut adalah 6-10,30 mg/l dan 4-7,10 mg/l. Kandungan CO 2 pada lapisan permukaan berkisar antara 0-5 mg/l, pH perairan 8,30-8,80 dan total alkalinitasnya (“alkalinity”) 55-85 mg CaCO3/l. Kadar senyawa fosfat berkisar antara 0,02-0,07 mg/l, sedang kandungan nitratnya sangat kecil (mendekati 0 mg/l), tetapi kadar nitritnya mencapai 0,30-0,90 mg/l, dan kadar bahan organiknya 30-37 mg/l. Berdasarkan kandungan fosfat, menurut klasifikasi Parma (1980), Danau Limboto termasuk perperairan yang mesotrof.

Menara Keagungan Limboto
Menara Keagungan diresmikan oleh Wakil Presiden RI Dr. Hamzah Haz, pada hari Sabtu, 20 September 2003. Nama menara ini ditetapkan berdasarkan SK Bupati Gorontalo Nomor 717 Tahun 2003 tanggal 18 September 2003 yang telah disetujui oleh DPRD Kabupaten Gorontalo. Menara ini dibangun sejak tahun 2002 dan menelan biaya Rp 8,6 miliar, dikerjakan oleh PT Gunung Garuda Indonesia dan PD Pedago Kabupaten Gorontalo.
Tinggi Menara Keagungan 65 meter, terdiri atas lima lantai, dengan rincian (dari dasar ke puncak menara):
1. Lantai I = 446,56 m2 tinggi 10 meter, auditorium 199,3 m2, selasar 212,38m2, dengan daya tampung 200 orang, dirancang untuk tempat rapat;
2. Lantai II = 352,25 m2, tinggi 14 meter, kapasitas 120 orang, dirancang sebagai tempat restauran;
3. Lantai III = 157,3 m2, tinggi 30 meter, kapasitas 40, dirancanakan sebagai tempat penjualan suvenir (toko suvenir);
4. Lantai IV = 96,96 m2, tinggi 39 meter, dengan kapasitas 20 orang;
5. Lantai V = 31,36 m2, tinggi 58 meter, kapasitas 10 orang.
6. Puncak menara setinggi 65 berbentuk kubah.
7. Lebar kaki pancang 21 meter.
Menara ini dilengkapi dengan dua lampu sorot dengan jarak jangkauan masing-masing 70 km.
Nama Pengunjung Perdana Menara Keagungan Limboto, Kabupaten Gorontalo. Masing-masing telah menyetor sebesar Rp 50 juta, dan nama-nama mereka diabadikan dalam prasasti sebagai Pengunjung Perdana.

Taluhu Barakati
Objek Wisata Taluhu Barakati terletak di Desa Iluta, Kecamatan Batudaa, Kabupaten Gorontalo, kira-kira 3 kilometer ke arah barat dari lokasi Benteng Otanaha.
Kata Taluhu Barakati berasal dari dua kata, yaitu taluhu, yang berarti ‘air’, dan barakati yang berarti ‘berkah’ atau ‘rahmat”. Dinamakan demikian karena di sini terdapat sumber mata air yang sangat jernih, sejuk, dan menyegarkan laksana berkah yang tercurah kepada hamba Allah swt.
Konon lokasi ini dalam legenda masyarakat setempat dipercayai sebagai lokasi permandian permaisuri dan kerabat kerajaan yang ada di Batudaa.
Dewasa ini lokasi tersebut sering digunakan lokasi kegiatan pertunjukkan seni dan budaya, seperti lomba pemilihan putra-putri Gorontalo terbaik atau yang dikenal dengan nama Nou & Uti.

Pemandian Air Panas Lombongo
Objek wisata Pemandian Air Panas Lombongo atau Lombongo Hot Springsterletak di Desa Duwano, Kecamatan Suwawa, Kabupaten Gorontalo, kurang lebih 17 km dari Kota Gorontalo (ibu kota provinsi). Objek wisata ini diresmikan tanggal 6 April 1989 oleh Bupati Gorontalo, Drs. P.P. Keppel. Harga tiket masuk Rp 2000 / dewasa. Di lokasi ini para pengunjung dapat menikmati perbagai atraksi kesenian yang sering dilaksanakan di tempat ini.
Di samping itu, mereka dapat menikmati hangat air di tempat pemandian (kolam renang) Lombongo yang juga sangat bermanfat untuk menyembuhkan penyakit kulit. Tempat ini juga menarik untuk relaks dan melepaskan segala bentuk kelelahan saat sibuk bekerja. Kolam renang yang berisi air hangat ini berukuran 500 m2 dengan kedalaman 1 hingga 2 meter.
Dari puncak Menara Keagungan para pengunjung dapat melihat panorama alam seputar Gorontalo.

Pentadio Resort
Objek wisata ini diresmikan oleh Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Drs. Jusuf Kalla pada tanggal 25 Februari 2004. Objek wisata yang dibangun dengan biaya Rp 15 miliar dengan dana APB Kabupaten Gorontalo merupakan objek wisata yang bertaraf internasional, dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang, serta dikelola secara profesional. Objek wisata ini terletak di Desa Pentadio, Kecamatan Telagabiru, Kabupaten Gorontalo. Lokasinya sangat menarik dan strategis karena terletak di kawasan Danau Limboto.
Fasilitas yang ada di Pentadio Resort ini, antara lain, restauran, toko suvernir, kolam renang, pondokan, sauna, air mancar, lokasi pemancingan, dan bak air panas. Di lokasi ini juga terdapat sumber air panas yang mengalir ke Danau Limboto. Di lokasi tersebut para pengunjung dapat menyaksikan semburan mata air yang cukup panas sehingga dapat digunakan untuk merebus telur hingga matang. Mereka dapat menikmati siraman air dari sumber mata air yang cukup hangat yang sangat bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit kulit.

Pantai Indah Lahilote
Pantai Indah Lahilote merupakan objek wisata pantai yang terletak di Pantai Lahilote Kelurahan Pohe, Kecamatan Kota Selatan, kurang lebih 6 km dari pusat Kota Gorontalo. Di pantai ini terdapat sebuah batu berbentuk tapak kaki, yakni dimitoskan sebagai tapak kaki seorang pengembara muda Gorontalo yang bernama Lahilote. Kata ini berasal dari kata botu yang bererarti batu, liyodu berarti tapak kaki. Jadi, botu liyodu adalah batu berbentuk tapak kaki.
Konon menurut mitos Gorontalo karena kasmaran terhadap seorang bidadari yang turun dari kayangan yang bernama Boyilode Hulawa, Lahilote nekad dan berhasil mencuri sayap yang berbentuk selendang dari sang putri. Mereka sempat menikah.
Namun sayang, Lahilote ditinggalkan oleh sang putri yang kembali ke kayangan. Untuk kedua kalinya Lahilote nekad menyusuli Putri Boyilode Hulawa ke kayangan.Dengan bantuan lentikan ujung rotan sakti, yang disebut Hutiya Mala, Lahilote berhasil menyusuri negeri kayangan. Setiba di negeri kayangan, Lahilote menjadi sangat binggung karena di sana ia mendapati ada tujuh bidadari yang memiliki persamaan wajah dan semuanya mengaku bernama Boyilode Hulawa. Ia sukar menentukan yang mana Boyilode Hulawa yang asli, istrinya. Berkat bantuan seekor kunang–kunang yang hinggap di sanggul dari salah satu dari ketujuh bidadari itu, maka tahulah Lahilote bahwa dialah sang putri yang dicarinya. Akan tetapi, malang nasib Lahilote karena berdasarkan undang–undang di negeri kayangan yang menyatakan bahwa siapa saja yang menjadi tua dan rambutnya beruban, ia harus dikembalikan ke dunia, karena kayangan bukan tempat dari manusia yang memiliki proses ketuaan, maka dengan terpaksa sang putri melepaskan suaminya, Lahilote, turun ke bumi dengan menggunakan rambut uban yang dirajut menjadi tali. Namun, di tengah perjalanan ke bumi, kemalangan menimpa Lahilote karena tali uban yang digunakannya putus, dan jatuhlah ia dengan deras ke bumi dalam posisi berdiri. Kaki kanannya jatuh di pantai Pohe, Kota Gorontalo, sedangkan kaki kirinya jatuh pantai Kwandang di Kabupaten Gorontalo.
Lagenda Lahilote ini sampai sekarang masih dituturkan oleh masyarakat sebagai cerita rakyat bagi generasi selanjutnya. Pantai Lahilote tetap menjadi objek wisata bagi masyarakat Gorontalo dan wisatawan mancanegara.

Benteng Oranye
Objek wisata Benteng Oranye (Orange Fortress) merupakan salah satu peninggalan bersejarah yang terdapat di Kecamatan Kwandang, kurang lebih 61 km dari Kota Gorontalo. Benteng ini dibangun oleh bangsa Portugis pada abad ke-17. Benteng ini berukuran panjang 40 meter, lebar 32 meter, dan tinggi 5 meter (40x32x5 meter).

Pesona Keindahan Pantai Boalemo
Kabupaten Boalemo sebagai daerah pemekaran dari wilayah Kabupaten Gorontalo, berada di pesisir Teluk Tomini. Tidak heran kalau kelima kecamatan yang ada di daerah itu memiliki panorama pantai yang cukup indah. Namun dari sekian banyak pantai itu, baru Pantai Bolihutuo yang secara resmi dijadikan tempat wisata.
Pantai Bolihutuo terdapat di Kecamatan Tilamuta, yang diresmikan dengan nama Objek Wisata Boalemo Indah. Untuk menuju lokasi pantai ini, wisatawan harus menempuh perjalanan melalui jalan trans Sulawesi, yang jaraknya sekitar 130 km dari pusat Kota Gorontalo.
Keindahan Pantai Bolihutuo, ibarat mutiara kepariwisataan yang terhampar di pesisir Teluk Tomini. Gulungan ombak yang berkejaran, terlihat memutih, dan menghias samudra yang membiru. Hamparan pasir putih yang menyelimuti kawasan sekitarnya, serta rindangnya puluhan pohon pinus menambah indahnya suasana.
Selain Pantai Bolihutuo, di Kecamatan Tilamuta terdapat gugusan pulau berpasir putih yang berada di tengah laut. Gugusan pulau di perairan Desa Lamu itu, akan dibuka menjadi kawasan khusus bagi turis asing yang ingin berjemur. Pulau lainnya yang cukup unik adalah Pulau Lahumbo atau Pulau Paniki. Keunikan pulau ini adalah terdapatnya ratusan ribu kelelawar, yang menjadikan pulau itu nampak hitam di kejauhan.
Tempat yang tidak kalah menarik untuk dikunjungi adalah Taman Laut Pulau Batila. Taman Laut yang ada di Kecamatan Paguat itu, memiliki keindahan terumbu karang dan beragam biota laut. Menurut penelitian para ahli pariwisata, keindahan Taman Laut Pulau Bitila dua kali lebih indah daripada keindahan Taman Laut Bunaken.

OBYEK WISATA TIRTA DANAU PERINTIS
Danau Perintis terdapat di Desa Huluduotamo Kec. Suwawa ± 11 Km dari pusat kota Gorontalo dan dapat ditempuh ± 12 menit dengan kendaraan. Obyek wisata ini merupakan danau air tawar ± 6 Ha yang memiliki nilai sejarah dibuat olh Alm. Bapak Nani Wartabone saat untuk kepentingan pengairan sawah.. Air yang mengalir ke Danau Perintis berasal dari mata air pegunungan yaitu mata air Lulahu dan mata air Poso. Kegiatan yang dapat dilakukan yaitu berperahu, memancing, renang dan rekreasi/perkemahan.

AIR TERJUN PERMAI TALUDAA
Air Terjun Permai Taludaa berlokasi di Desa Taludaa Kec. Bonepantai ± 65 Km dari pusat Kota Gorontalo. Dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Air terjun yang mempunyai ketinggian ± 42 m dan bentangan ± 15 m tersebut terdapat dalam kawasan hutan Agro Wisata seperti pohon Durian, Langsat, Nangka dan pepohonan yang rindang dengan air yang bersih dan jernih.

LAPANGAN GOLF YOSONEGORO
Terletak di Desa Yosonegoro Kecamatan Limboto Barat, di kelilingi oleh lapangan pacuan kuda. Terdapat fasilitas lapangan Golf 9 hole. Lapangan Golf Yosonegoro terletak 23 km dari pusat Kota Gorontalo

CAGAR ALAM TANGALE
Berada di Kecamatan Tibawa. Lokasi ini terdapat beraneka ragam pohon hutan tropis dan juga menjadi habitatnya fauna khas Sulawesi. Cagar alam ini berada sekitar 55 km dari pusat Kota Gorontalo

CAGAR ALAM PULAU MAS, PULAU POPAYA & PULAU RAJA
Terletak di Desa Ponelo Kecamatan Kwandang. Di tempat ini terdapat berbagai macam flora dan fauna serta taman laut yang indah setara Bunaken . Jarak dari pusat Kota Gorontalo sekitar 70 km.

ISTANA JIN
Terletak di Kota Jin (Ibu Kota Kecamatan Atinggola) berjarak ± 90 km ke arah Timur Laut dari Kota Gorontalo. Bangunan ini terdiri dari stalagtit dan stalagnit yang oleh masyarakat setempat dipercaya sebagai Istana Jin.

PANTAI DAN PULAU MOHUPOMBI
Merupakan salah satu obyek wisata yang memiliki pesona dan daya tarik tersendiri yang terletak di Kec. Tilamuta. Salaha satu keistimewaannya adlah biota laut yang belum tersentuh oleh tangan manusia. Pulau ini dapat dicapai dengan menempuh perjalanan laut dari pantai Mohumpombi ± 30 menit

PULAU ASIANGI
Memiliki biota laut yang asri, terdapat penangkaran berbagai jenis ikan hias dan dikelilingi oleh hutan bakau dengan hamparan pasir putih. Terletak ± 3 mil dari batas pantai Kec. Tilamuta Kabupaten Boalemo

Taman Nasional Dumoga Bone
Taman ini Terletak di Kabupaten Bolaang Mongondow (Sulawesi Utara) dan Kabupaten Gorontalo (Gorontalo), dengan ketinggian antara 50-2.000 meter dari permukaan laut. Ekosistem dan formasi hutan terdiri dari hutan hujan pegunungan, hutan hujan dataran rendah, hutan lembap, dan hutan lumut.
Mengingat taman nasional ini terletak antara kawasan-kawasan Zoogeografis Asia Timur dan Australia, Sulawesi telah membiakkan fauna dengan persentase yang tinggi daripada species endemik, terutama mamalia (65%) dan burung (25%).

Khas endemik / langka
Anoa (bubalus Depressicornis), Kuskus (Phalanger Ursinus), Kera Sulawesi (Macaca Nigra Nigrecens), (Babyrousa babirusa), Musang Sulawesi (Macrogalidia Musschenbroeki), Singapuar (Tarsius Spectrum), Burung Maleo (Macrocephalon Maleo), Kelelawar Badak (Rhinolapas sp), Ular Bakau (Biogedendronphila).
Geliat ‘Sunset’ Pantai Leato Gorontalo yang Menawan,
Tetapi Belum Dikelola Secara Profesional
Gorontalo–Suara Karya Online–Gemulung ombak bergerak perlahan menghempas tepian pantai. Sejauh mata memandang terhampar samudra dengan keelokan alamnya. Di ufuk barat mentari mulai memasuki batas cakrawala. Langit dan air laut memantulkan warna kemerah-merahan. Begitulah pesona sunset di Pantai Leato.
Suasana menakjubkan di kala senja itu sangat menggugah hati manusia akan kebesaran Sang Pencipta. Apabila seorang fotograper mampu mengabadikan momen itu dengan baik, tentu foto yang dihasilkan akan dikagumi orang.
Tetapi kalau sunset itu disaksikan secara langsung, tentu saja kekaguman itu akan melebihi apa yang terlihat dalam foto.
Pantai Leato terdapat di Kelurahan Leato, Kecamatan Kota Selatan, Kota Gorontalo. Untuk mencapai lokasi pantai itu pengunjung hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit, dengan jarak tempuh sekitar 5 km dari pusat kota. Perjalanan menuju ke sana dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi, atau menggunakan angkot jurusan Leato dengan tarif Rp 1.000 per orang.
Barangkali memang sudah ditakdirkan Sang Pencipta, jika di bagian selatan Teluk Tomini ini terdapat sejumlah pantai yang indah. Dari pantai Leato hingga ke Kecamatan Bonepantai (Kabupaten Gorontalo) yang berbatasan dengan Kabupaten Bolaang Mongondow, kita dapat menjumpai beberapa pantai dengan pesona yang sangat memikat.
Akan tetapi, jika dibandingkan dengan pantai lainnya, maka Pantai Leato memiliki keistimewaan tersendiri. Kalau pantai lainnya berada di bawah jurang atau jauh dari jalan, tidak demikian dengan Pantai Leato. Pantai ini terdapat di tepi jalan dengan hamparan pasir putihnya. Letak pantai ini pun cukup strategis karena berdekatan dengan Pelabuhan Feri dan Pelabuhan Gorontalo. Hal ini sangat mendukung untuk pengembangannya.
Menikmati pemandangan alam dan keelokan samudra di Pantai Leato, mengajak kita menyatu dengan alam. Kelembutan ombaknya memungkinkan pengunjung dapat berjalan dengan tenang di tepian pantai itu. Terkadang sejumlah perahu nelayan merapat ke pinggiran pantai. Para pengunjung dapat membeli beberapa ekor ikan, dari nelayan yang ada di atas perahu. Inilah salah satu dari sekian banyak suasana yang ditawarkan untuk wisatawan.
Sangat disayangkan, hingga kini pantai tersebut belum dikelola secara profesional. Akibatnya, wisatawan yang datang ke tempat itu belum bisa menikmati secara optimal keindahan panoramanya. Di sekitar pantai masih terlihat onggokan pasir dan sampah yang terhempas gulungan ombak. Hal ini tentu mengurangi keindahan pantai tersebut.
Padahal dengan berlakunya otonomi daerah, setiap daerah memiliki kewenangan untuk mengelola potensi daerahnya. Pemerintah daerah dapat merangkul pihak swasta yang siap menjadi investor untuk mengelola dan mengembangkan Pantai tersebut. Apabila pantai tersebut dikelola dengan baik, pada gilirannya akan memberi kontribusi bagi pembangunan di Kota Gorontalo. (Sofyan Butolo).
Objek Wisata Lain
Di samping yang telah disebutkan di atas, Provinsi Gorontalo memiliki beberapa objek wisata yang lain yang cukup menarik dan perlu dikembangkan, antara lain, Goa Ular di Kecamatan Batudaa (kira-kira 28 km dari Kota Gorontalo), Danau Perintis di Kecamatan Suwawa (18 km dari Kota Gorontalo), Taman Laut Pulau Limba di Kecamatan
Paguyaman, Pulau Bitila di Kecamatan Paguat, Pantai Pasir Putih di Kecamatan Tilamuta, Air Terjun di Kecamatan Tilamuta, Cagar Alam Panua di Kelurahan Libuo,
Kota Gorontalo, dan Pulau Asiangi di Kecamatan Tilamuta, dan Tangga 2000 di Kelurahan Pohe, Kecamatan Kota Selatan, Kota Gorontalo.

Hmmm... Lumayan tuk referensi Liburan... harus di datangin smua nich...

Selasa, 14 Februari 2012

Sleep Paralysis, Penyakit Ketindihan Saat Tidur

Pernah terbangun dari tidur, tapi sulit bergerak ataupun berteriak? Tenang, Anda tidak sedang diganggu makhluk halus.

Berdasarkan ilmu medis, keadaan itu disebut sleep paralysis atau kelumpuhan tidur. Namun, banyak masyarakat menyebutnya 'erep-erep'. Masyarakat juga selalu mengaitkan kondisi ini karena ulah makhluk halus yang menindih tubuh kita.

Fenomena ini bisa terjadi pada siapa saja. Setidaknya orang akan mengalaminya sekali atau dua kali dalam hidupnya. Namun, Anda tak perlu khawatir, sleep paralysis biasanya tidak berbahaya.
Selama tidur, aktivitas dan otot-otot tubuh menjadi tidak bergerak, sehingga menyebabkan kelumpuhan sementara. Bahkan kadang-kadang kelumpuhan tetap ada setelah orang terbangun. Biasanya, kelumpuhan tidur diikuti dengan halusinasi. Orang yang mengalami kelumpuhan tidur merasa seperti dicekik, dada sesak, badan sulit bergerak dan sulit berteriak.

Ketika seseorang tidur, aktifitas otak mengalami dua hal berbeda, yang disebut tidur aktif atau REM (rapid eye movement) dan tidur non-REM.

Non-REM selama tidur akan menghasilkan gerakkan selagi Anda tidur, seperti berbicara dalam tidur atau berjalan ketika tidur. Sedangkan REM akan mempengaruhi denyut jantung, laju respirasi dan tekanan darah ketika tidur.

Secara psikologis, sleep paralysis berhubungan dengan tidur di tahap REM, dimana setelah mengalami tidur REM, mata terbuka namun paralysis tetap bertahan.

Biasanya hal ini mengakibatkan halusinasi. Sleep paralysis terjadi sekitar 2-3 menit. Setelah otak dan tubuh berhubungan kembali, penderita dapat menggerakkan tubuhnya kembali. Namun, memori dari sensasi yang mengerikan atau mimpi buruk biasanya dapat bertahan lama

Secara fisiologis, penyebab sleep paralysis belum diketahui secara pasti. Sejauh ini, para psikologis memberikan gambaran umum mengenai penyebab terjadinya sleep paralysis, seperti kebiasaan tidur menghadap ke atas, pola tidur tak tentu, stress, dan perubahan mendadak pada lingkungan atau lifestyle.

(Berbagai Sumber)